Jumat, 01 Agustus 2008

Ayo Yang Disana.... Digoyang Yoook......

Tulisan ini hanya merupakan bentuk kengerian yang saya tangkap setelah mengamati perkembangan salah satu jenis musik yang sungguh sangat merakyat di Indonesia tercinta.

Anda pernah mendengar teriakan penyanyi DANGDUT seperti judul diatas??

Oke... buang dulu rasa gengsi dan mungkin jijik mengenai musik dangdut. Diakui atau tidak, musik dangdut memang musik yang begitu familiar pada masyarakat indonesia. Hampir semua elemen bangsa ini tahu apa itu dangdut. Jenis musik yang apabila terlantun, maka akan tanpa sadar bisa membuat salah satu organ tubuh kita (minimal jempol tangan) untuk bergoyang.

Seniman-seniman dangdut pun tidak kalah banyak di negeri ini. Yang begitu fenomenal tentu saja si Raja Dangdut Rhoma Irama. Masih ada pula mansyur S, Rita Sugiarto, Evie Tamala, Imam S Arifin dan pedangdut handal lainnya. Pedangdut-pedangdut muda pun sudah banyak yang bermunculan. Dengan banyaknya acara pencarian bakat dari stasiun televisi, seolah makin memudahkan calon-calon pedangdut itu untuk tampil dan unjuk kemampuan cengkok dangdutnya.

Tapi kekhawatiran dan keprihatinan akan musik dangdut juga semakin membesar juga. Bukan cuma saya, sampeyan-sampeyan juga pasti merasakan apa yang saya rasakan.

Saya bukan penikmat atau memiliki obsesi pada musik dangdut. Saya hanya respek dengan musik ini karena sangat bisa menyentuh sampai kalangan paling bawah di negeri gemah ripah loh jinawi ini. Tapi rasa respek saya seolah hilang berganti dengan rasa jijik, nggilani atau apa itu, setelah kemunculan-kemunculan pedangdut wanita dengan goyang mengerikan.

Bisa dibilang kemunculan goyang berbau seronok itu dimulai dengan saudari Inul Daratista. Penyanyi asal pasuruan yang keren dengan goyang ngebornya ini seolah menjadi pioner untuk membuka kesempatan bagi pedangdut serupa untuk muncul. Pro kontra juga mengiringi kemunculan ratu ngebor ini. Mulai dari protes para pedangdut senior, sampai dengan kecaman para alim ulama atas goyangan bikin keringat dingin itu.

Sekarang, perkembangan dangdut dengan goyang seronok ini semakin menjadi-jadi. Terlihat di layar televisi beberapa hari yang lalu, sebuah acara musik dangdut dengan penyanyi wanita berpakaian minim, bergoyang dengan erotis dan seorang lelaki sok kaya dengan uang di tangan memberikan saweran. Saweran itupun diletakkan di -maaf- bagian vital tubuh sang penyanyi.

Njriiit...!!! sumpah jijik...!!!

Baiklah.... mereka memang mencari nafkah dengan menjadi penyanyi dangdut. Tapi apa iya harus begitu? Inul dan kawan-kawan juga pernah bilang bahwa goyangan yang mereka tampilkan adalah bagian dari seni. Seni dengan menonjolkan pantat ke muka penonton, seni apaan woi?! Apakah goyang itu seni yang sering disebut blogger di intranet DJP ini sebagai seni PUP SAMBIL KAYANG??

Saya setuju dengan sikap beberapa kepala daerah yang melarang penyanyi dangdut wanita dengan goyang remeknya itu. Bukan berarti setuju mematikan lahan rejeki orang, tapi kan masih bisa bernyanyi dangdut tanpa perlu bergoyang menonjolkan organ vital wanita. Lagipula yang namanya musik, alunan nada dan suara penyanyi adalah yang seharusnya lebih diutamakan, bukan goyang mesumnya. Iya tho??

Mari jadikan kesenian sebagai sebuah wadah hiburan dan rekreasi, dan bukan sebagai kedok dan pembenaran dari kemesuman.


nb : no offense kepada sampeyan-sampeyan yang mungkin suka musik dangdut. Hanya ingin masyarakat dan musik dangdut tidak semakin rusak oleh goyang maut.

Tidak ada komentar: